Dosen Tetap IAI Dalwa yang bergelar Doktor terus terlahir, kali ini adalah Dr. H. Akhmad Sahrandi,M.Pd.I, dosen Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam IAI Dalwa Bangil. Gelar Doktor disandangkan setelah promovendus mempertahankan Disertasinya di depan tujuh penguji yaitu 1. Prof. Dr. Hj. Mufidah CH,M.Ag, 2, Prof. Dr. H. Baharuddin,M.Pd,I 3. Prof. Dr. H. Mulyadi,M.Pd.I. 4. Prof. H. Triyo SupriyatnoM.Ag.,Ph.D. 5. Dr. H. Suaib H. Muhammad,M.Ag. 6. Dr. H. Nur Ali,M.Pd. 7. Dr. H. Ahmad Barizi,MA. pada ujian Promosi Doktror dalam sidang terbuka yang diselenggarakan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim pada hari Kamis, 17 Desember 2021 dari pukul 10.00 s/d 12.00 wib dan disiarkan secara live di channel youtube UIN Malang. Judul Disertasi yang dikupas adalah Pengembangan Meta Kecerdasan Santri di Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil.
Promovendus memaparkan bahwa Pendidikan bukan hanya sekedar mengembangkan otak manusia saja, namun mengembangkan seluruh potensi dalam diri manusia yaitu potensi qolbiyyah, aqliyyah dan jismiyyah. Dengan demikian, proses Pendidikan tidak hanya melalui proses pembelajaran di kelas, namun pendidikan harus dilakukan dengan berbagai upaya untuk mengembangkan seluruh potensi tersebut.
Penelitian promovendus bertujuan untuk menganalisis dan menemukan konsep pengembangan meta kecerdasan santri, implementasi dan modelnya di Pondok Pesantren, sehingga hasil penelitian ini menemukan suatu model pengembangan yang utuh tentang pengembangan meta kecerdasan di pondok pesantren.
Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis yang digunakan adalah. studi kasus dengan rancangan situs tunggal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yaitu pengumpulan data, kondensasi data, display data dan penarikan kesimpulan. Analisis keabsahan data dilakukan dengan credibility, dependability dan confirmability.
Hasil penelitian promovendus menunjukkan bahwa Konsep pengembangan meta kecerdasan santri ialah mengembangkan aspek intelektualitas (aqliyyah), emosional (ruhiyyah), spritual (qolbiyyah) dan skill (jismiyyah). Pengembangan aspek qolbiyyah dilakukan melalui dua hal yaitu aspek internal yang meliputi konsumsi bersumber dari halalan toyyibah, dan eksternal yang meliputi pendidikan tafaqqohu fiddin, pendalaman tasawuf, bimbingan ruhani dari mudir ma’had dan para asatidzah, pembentukan kultur religious, khidmah peduli dengan lingkungan ma’had, menghormati ahli ilmu dan bernasab mulia, serta Adapun aspek ruhiyyah meliputi pengembangan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial. Adapun pengembangan aspek aqliyyah dilakukan melalui pembelajaran, diskusi, pengembangan minat dan bakat, bi’ah ilmiah, khalaqoh ilmiah, rihlah ilmiah, tugas dakwah ke masyarakat, musabaqoh. Sedangkan pengembangan aspek jismiyyah melalui olah raga, olah seni dan olah skill.
Implementasi pengembangan meta kecerdasan di pondok pesantren meliputi (1) aspek aqliyyah dikembangkan melalui proses pembelajaran dan pengajian, (2) aspek ruhiyyah dikembangkan melalui pengabdian, pengawasan, pemberdayaan, hukuman, qudwah, dan pembiasaan, (3) aspek qolbiyyah dikembangkan melalui peribadatan, (4) aspek jismiyyah dikembangkan melalui pengembangan skill seperti wajib olah raga, makanan bergizi, pengembangan minat dan bakat, karya ilmiah, Dalwa Multi Media (DMM), Dalwa TV, dan LEMKA, Qism Alat, qism tobbakh dan enterprenuership.
Model pengembangan meta kecerdasan santri di pesantren adalah model keterpaduan yang mengintegrasikan antara sistem pendidikan Nasional KH. Ahmad Dahlan yang menekankan pada intelektualitas (aqliyyah), sistem pendidikan Ki Hadzar Dewantara yang lebih menekankan pada aspek emosional dan skill (ruhiyyah dan jismiyyah) dan sistem pendidikan KH. Hasyim Asy’ari yang lebiih menekankan pada spritualitas (qalbiyah). Meta Kecerdasan ini merupakan pengembangan teori dari Ahmad Ginanjar dalam ESQ yang bermuara pada ihsan, teori KH. Abdullah Gymnastiar dalam EQ dan SQ yang bermuara pada Manajemen Qalbu, Teori Abdullah Hadziq dari Meta Kecerdasan dan Kecerdasan Majemuk. teori Imam Ghazali, Howad Gardner, Danah Zohar, Daniel Golemen dan Alfred Binet. Promovendus mengemukakan bahwa novelty dalam Disertasi ini yaitu menunjukkan bahwa ternyata Meta Kecerdasan bukan terpusat pada IQ, EQ, SQ saja namun ada juga pada kecerdasan skill atau ginestetik sesuai dengan hasil penemuan dilapangan.
Dr. Akhmad Fauzi Hamzah,M.Pd.I selaku Wakil Direktur III Pascasarjana IAI Dalwa yang turut hadir dalam ujian promosi doktor promovendus mengemukakan bahwa dengan terus terlahirnya para Dosen yang bergelar Doktor semoga semakin semakin memperkuat proses alih status dari IAI Dalwa menjadi Universitas Islam Dalwa. Dr. Junaidi,M.Pd.I selaku Kaprodi PAI IAI Dalwa berharap Promovendus bisa semakin memperkuat kompetensi PAI dan keahlian mahasiswa dengan berbagai mata kuliah teoritis dan praktikum yang mutakhir.
Views: 22