Menghidupkan Tradisi Adab dalam Menuntut Ilmu : Dosen UII Dalwa Tegaskan Tiga Pilar Adab Santri di PP At-Taqwa Depok

WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.11.02

Depok, Jawa Barat – Dalam rangka memperkuat nilai-nilai etika intelektual di kalangan santri, Dr. Kholili Hasib, dosen Pascasarjana Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah (UII Dalwa), memberikan tausiyah ilmiah kepada para santri Pondok Pesantren At-Taqwa, Depok, Jawa Barat, pada Selasa (10/06/2025). Dalam ceramah tersebut, beliau menekankan pentingnya adab dalam menuntut ilmu, sebagai fondasi utama dalam membentuk pribadi santri yang utuh secara spiritual, intelektual, dan moral.

Ceramah yang mengusung tema besar “Adab Santri: Pilar Keilmuan dan Kewibawaan Ilmu” ini menjadi refleksi akademik penting dalam konteks pendidikan Islam kontemporer yang kian menghadapi tantangan dekadensi adab dan penyimpangan epistemik.

Dalam penyampaiannya, Dr. Kholili merumuskan tiga adab utama yang wajib dimiliki santri: mengamalkan ilmu, menjaga pikiran, dan menjaga hati. Ketiganya merupakan kesatuan sistem nilai yang menyatu dalam tradisi intelektual Islam klasik dan relevan sepanjang zaman.

  1. Adab Mengamalkan Ilmu
    Dr. Kholili menegaskan bahwa kenikmatan ilmu bukan terletak pada penguasaan formalnya, melainkan pada pemahaman dan pengamalannya. “Bukti bahwa seseorang memahami ilmu adalah ketika dia mengamalkannya, dan mengajarkannya kembali,” jelas beliau. Ia mengaitkan hal ini dengan hadis Nabi SAW: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah jadikan ia paham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaih). Dalam kerangka ini, seorang santri disebut faqih bukan hanya karena tahu, tapi karena memahami dan berbuat sesuai dengan ilmunya.
  2. Adab Menjaga Pikiran dari Kerusakan
    Dalam konteks ini, beliau mengkritisi metode pembelajaran agama yang menyimpang dari tradisi otoritatif ulama salaf. Contohnya adalah penggunaan metode hermeneutika untuk menafsirkan Al-Qur’an, yang menurutnya telah merusak esensi epistemologi tafsir Islam. Santri, katanya, harus belajar dari guru-guru yang bersambung sanad ilmunya kepada para ulama salaf demi menjaga kemurnian dan ketajaman pemahaman agama.
  3. Adab Menjaga Hati dari Penyakit
    Adab terakhir yang dibahas adalah kebersihan hati, karena hati adalah pusat niat dan orientasi hidup. Dr. Kholili mengutip dari Imam Al-Ghazali bahwa seorang faqih sejati adalah “orang yang menyadari bahwa akhirat lebih utama dari dunia.” Ia mengingatkan bahwa hati santri atau bahkan ulama dapat rusak karena dua penyakit: syahwat (al-hawa’) dan kibr (kesombongan). Untuk menghindari syahwat, beliau menganjurkan latihan jiwa (riyadhah al-nafs), sementara untuk menghindari kibr, santri harus memiliki tawadhu’ dan kesadaran bahwa mereka senantiasa membutuhkan ilmu.

Ceramah ini merupakan kontribusi nyata dari kalangan akademisi pesantren dalam membumikan nilai-nilai adab di tengah tantangan intelektual modern. Dr. Kholili, yang juga penulis buku “Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Adab”, berhasil merangkum pesan-pesan klasik ulama dalam bahasa yang relevan dengan dinamika pendidikan masa kini.

Dalam kerangka pendidikan Islam yang berbasis nilai, ceramah ini bukan hanya pengingat moral, tetapi juga representasi dari epistemologi Islam yang berbasis adab sebagai dasar segala bentuk ilmu. Ini menjadi langkah strategis dalam membendung arus liberalisasi tafsir dan disorientasi belajar di kalangan generasi muda Muslim.Randi.S./red.

Disadur ulang dari www.attaqwa.id.

Views: 20

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *