Jasa Habib Hasan Baharun: Da’wah, Bahasa dan Pendidikan

Oleh: Dr. Kholili Hasib (Dosen IAI Dalwa)

 

Pada Ahad, 11 September 2022, diadakan peringatan haul Akbar Habib Hasan Baharun ke-24 di Masjid Istiqlal Jakarta.

Haul ini memang benar-benar “akbar”. Menurut informasi, jama’ah yang hadir lebih dari lima ratus ribu. Seakan menunjukkan bahwa Habib Hasan Baharun memang orang besar.

Prof. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal menyatakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya karena dengan banyaknya hadirin acara sangat tertib dan bersih. Bersama-sama memakmurkan masjid dan memakmurkan bangsa Indonesia.

Turut memberi sambutan pada acara haul ini mantan wakil presiden RI, Jusuf Kalla, dan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo .

Siapa sebenarnya Habib Hasan Baharun itu?

“Ustadz Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali hubungan antara Yaman dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya”. Demikian penuturan Habib Umar bin Hafidz dalam kunjungannya ke PP Darullughah Wadda’wah (Dalwa) Bangil, dua tahun setelah Habib Hasan Baharun (akrab dipanggil Ustadz Hasan Baharun) wafat.

Menurut Habib Umar bin Hafidz, putra-putra Indonesia yang sedang dan telah belajar di Hadramaut Yaman itu berkat jasa Habib Hasan Baharun.

Saat itu Yaman usai mengalami berbagai musibah, sehingga puluhan tahun tidak ada pelajar Indonesia yang pergi ke Yaman. Awal tahun 90-an Habib Hasan Baharun mempunyai inisiatif cepat agar pendidikan Yaman-Indonesia disambung segera.

Habib Hasan Baharun memang pendidik tulen. Sekaligus ahli dalam strategi berdakwah.

Sebelum mendirikan Pondok Pesantren di Bangil, beliau berdakwah ke berbagai daerah. Madura, Jawa dan Kalimantan.

Setelah berkeliling daerah, dengan biaya ongkos sendiri, beliau kemudian memutuskan untuk mendirikan pesantren.

Habib Hasan Baharun merupakan tipe ulama yang sangat “aktif” dalam dakwah.

Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.

Sejak muda beliau memang kaya dengan pengalaman. Sumenep adalah tanah kelahirannya. Di Sumenep, beliau belajar kepada kakek, paman dan kerabat-kerabatnya yang juga ulama di Sumenep.

Selain belajar ilmu-ilmu agama kepada para ulama, Habib Hasan Baharun ternyata juga mempelajari ilmu non-agama. Di Surabaya beliau PGA dan sekolah SMEA. Di Sumenep beliau aktif di pramuka.

Jiwa keguruan Habib Hasan Baharun cukup kuat sejak sekolah PGA. Tetapi beliau juga memiliki jiwa entreupenur. Sejak lulus sekolah SMEA. Karena itu, beliau menenkankan dalam berdakwah dan mengajar agar bisa “mandiri”.

Pengalaman berorganisasi Habib Hasan Baharun pertama kali ditempa ketika bergabung Pelajar Islam Indonesia (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang.

Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran.

Dan di Pasuruan menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.

Maka, dalam diri beliau terdapat ketrampilan berorganisasi, berdakwah mengajar.

Ketrampilan dan kemampuan tersebut kemudia beliau tuangkan dalam pendidikan di PP Dalwa yang didirikannya.

Maka pesantren yang beliau dirikan berbasis dakwah dan pendidikan. Dengan harapan lulusannya menjadi pendakwah-pendakwah yang tangguh dan pendidik-guru yang hebat.

Selain itu, Habib Hasan Baharun menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu ciri khas keunggulan. Kepakaran Habib Hasan Baharun terhadap bahasa Arab tidak diragukan. Kamus berjudul “Bahasa Dunia Islam” telah dicetak ulang lebih dari tiga puluh kali. Hampir semua pesantren di Jawa Timur menggunakan kamus tersebut.

Ketika saya kuliah di Sastra Arab Universitas Negeri Malang, juga memanfaatkan kamus yang disusun Habib Hasan Baharun itu. Saya yakin, di tahun-tahun itu banyak kampus yang menggunakan kamus legendaris ini. Karya-karya pembelajaran bahasa Arabnya juga banyak, mulai tingkat dasar sampai menengah. Beliau memang produktif dan kreatif dalam menyusun model pembelajaran bahasa Arab secara sederhana.

Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya.

Views: 143

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Linkdin
Share on Pinterest

Leave a comment