Banyak orang menolak tasawuf karena salah faham. Umumnya mereka tidak kenal dengan baik karya ulama-ulama nya. Demikian dikatakan oleh Kholili Hasib, dosen Fakultas Adab IAI Dalwa Bangil-Pasuruan di Masjid Nuruz Zaman Unair Surabaya pada Ahad 31 Maret 2019.
“Karya orientalis yang keliru menulis tasawuf menambah terjadinya gagal paham itu”, jelasnya. Menurut dia, kesalahan itu ada dua. Eksternal dan internal. Kesalahan eksternal maksudnya adalah kesalah pahaman orientalis dalam menilai tasawuf. “Nicholson dan Ignaz Golziher misalnya menulis, bahwa tasawuf itu bukan murni ajaran Islam. Tetapi campuran dari tradisi Kristen, Hellenisme dan Hindu”, tambahnya.
Kesalahan internal maksudnya kekeliruan dari umat Islam sendiri. Hal itu misalnya, munculnya paham-paham yang mengatas namakan ajaran sufi. Padahal tidak sama dengan yang dapat ajarkan ulama tasawuf. Kholili menambahkan, bahwa supaya kita tidak salah faham dengan ilmu tasawuf maka bacalah sejarah ilmu ini. Selain itu ia menganjurkan untuk membaca karya-karya ulama seperti Imam al-Ghozali, imam al-Qusyairi, dan lain-lain.
“Bacalah kitab Abu Nasr al-Sarraj berjudul ‘al-Luma’. Di situ dikupas habis, asal usul ilmu ini, maknanya dan ajarannya. Bagi yang tidak mengerti bahasa Arab, tanya pada guru yang ngerti”, tegasnya. Kholili juga menganjurkan untuk membaca karya KH. Hasyim Asyari tentang sufi, wali dan tariqat yang berjudul “Al-Dhuror al Muntasiroh”. “Kitab ini berbahasa jawa. Tulisannya pego”, tambahnya. Kholili kemudian menerangkan definisi, pengertian dan pendapat para ulama salaf tentang tasawuf. Kutipan-kutipan penting yang menjawab keraguan tentang ilmu ini disajikan dengan jelas.
Dengan mempelajari sejarah ilmu, sejarah tokoh-tokohnya dan karyanya, menurut Kholili akan membuka wawasan dan pemikiran betapa khazanah keilmuan Islam layak untuk dihargai. Tasawuf adalah bagian dari khazanah peradaban Islam. Carilah guru yang baik untuk memahami ilmu ini. Sehingga tidak mudah jatuh pada kesalah pahaman./afk/
Views: 2