UII DALWA – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (HMPS PBA) UII Dalwa menyelenggarakan Seminar Bahasa Arab Sedunia pada Jumat, 12 Desember 2025, bertempat di Gedung Mabna Abuya Hasan Lantai 9. Kegiatan akademik ini menjadi ruang diskusi ilmiah mengenai pengembangan bahasa Arab dalam konteks pendidikan, media digital, dan sastra Islam.
Seminar menghadirkan tiga narasumber kompeten di bidang bahasa Arab dan pendidikan Islam, yakni Dr. Nasrudin Idris Jauhar, Syekh Ali bin Ismail Al-Qudaimy, dan Dr. Makki Lazuardi. Kehadiran para pakar tersebut menegaskan komitmen HMPS PBA UII Dalwa dalam memperkuat literasi bahasa Arab secara global dan kontekstual.
Narasumber pertama, Dr. Nasrudin Idris Jauhar, memaparkan materi bertema تعلّم التعبير باللغة العربية من خلال محاكاة (Pembelajaran Ekspresi Bahasa Arab Melalui Simulasi/Imitasi). Dalam pemaparannya, ia menekankan pentingnya metode simulasi sebagai pendekatan efektif dalam mempercepat penguasaan keterampilan berbahasa Arab, khususnya melalui praktik langsung.
Menurutnya, pembelajaran bahasa Arab akan lebih optimal jika melibatkan interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik. Melalui metode simulasi, peserta dapat mempraktikkan berbagai uslūb kebahasaan seperti taqlīd, tabdīl, taḥwīl, tawsī‘, dan unsur kebahasaan lainnya secara kontekstual. Ia juga menegaskan bahwa lingkungan berbahasa memiliki peran fundamental dalam pembentukan kompetensi linguistik. “Sesungguhnya bahasa itu lahir dari lingkungan,” ujarnya.
Setelah jeda pelaksanaan salat Jumat, seminar dilanjutkan dengan sesi kedua yang disampaikan oleh Syekh Ali bin Ismail Al-Qudaimy. Dalam pemaparannya bertema تأثير وسائل الاجتماعي والمحتوى الرقمي على نمو اللغة العربية الفصحى (Pengaruh Media Sosial dan Konten Digital terhadap Perkembangan Bahasa Arab Fusha), ia mengulas dinamika bahasa Arab di era digital.
Syekh Ali menjelaskan bahwa media sosial memiliki dua sisi yang saling berkelindan. Di satu sisi, media digital mempermudah akses pembelajaran dan penyebaran ilmu bahasa Arab. Namun, di sisi lain, penggunaan yang tidak bijak berpotensi melemahkan kaidah bahasa Arab fusha. Ia juga menguraikan empat manifestasi bahasa, yaitu fi bayān (bahasa dalam penjelasan), fi ‘ayān (bahasa dalam bentuk nyata), fi janān (bahasa dalam hati), dan fi lisān (bahasa lisan).
Lebih lanjut, Syekh Ali menegaskan urgensi bahasa Arab dalam menjaga otentisitas Al-Qur’an dan hadis. “Sumber terpenting bahasa Arab adalah Al-Qur’an. Tidak mungkin memahami Al-Qur’an dan hadis kecuali dengan bahasa Arab,” tegasnya. Ia juga menyinggung peran bahasa Arab dalam khazanah sastra, khususnya sya‘ir dan balāghah, sebagai warisan intelektual Islam.
Sesi terakhir diisi oleh Dr. Makki Lazuardi dengan materi bertema دور الأدب الإسلامي في تشكيل هوية (Peran Sastra Islam dalam Membentuk Identitas). Ia menekankan bahwa sastra Arab dan sastra Islam memiliki kontribusi strategis dalam membangun identitas keislaman dan keilmuan. Dalam pengantarnya, ia menyampaikan bahwa forum akademik semacam ini menjadi sumber motivasi dalam mendalami bahasa Arab.
Dr. Makki juga merujuk pada karya-karya ulama dan sastrawan Muslim, seperti pemikiran Ramadan al-Buthi serta karya sastra Buya Hamka Di Bawah Naungan Ka‘bah, sebagai contoh bagaimana sastra berperan dalam internalisasi nilai-nilai keislaman.
Dalam sesi wawancara, Dr. Nasrudin Idris Jauhar menyampaikan apresiasinya terhadap perkembangan UII Dalwa. Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap kemajuan institusi tersebut, khususnya dalam bidang keilmuan Islam dan bahasa Arab. “Dalwa punya semuanya dari segi keilmuan keislaman dan bahasa. Ini tidak hanya dibangun saja, tapi didesain khusus” ungkapnya, mengenang kunjungannya kembali ke Dalwa setelah sebelumnya pernah mengabdi sebagai dosen.
Melalui seminar ini, HMPS PBA UII Dalwa berharap dapat memperkuat tradisi akademik, meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa Arab, serta mendorong mahasiswa untuk berperan aktif dalam pengembangan bahasa Arab di tingkat nasional dan global.Erwin/Randi.S./red.
